Saya sering terpesona oleh para sosialita kita dalam mengumbar kemesraan di depan publik. Kemesraan itu kemudian menjadi sarapan pagi bahkan menjadi hidangan siang maupun santapan malam kita yang tersaji lewat berita-berita infotainment. Bertahun-tahun romantisme itu menghiasi kaca televisi kita.
Status pacaran mereka kemudian meningkat ke tunangan hingga memasuki jenjang pernikahan. Tapi tunggu setelah itu. Pernikahan yang baru dijalani tiga bulan oleh mereka kemudian kandas di tengah jalan. Dan selanjutnya proses gugat cerai hingga persidangan di pengadilan agama kemudian menggelinding dan kembali menjadi sarapan pagi, santapan siang, dan hidangan malam kita lewat tayangan infotainment itu.
Tak ada yang salah dengan berita hiburan tersebut selama kita masih bisa menarik hikmah dari peristiwa memilukan itu. Semoga semua yang kita tonton itu bisa menjadi bahan renungan bagi kita semua. Bagi kita yang sudah berumah tangga semoga peristiwa-perisiwa itu bisa menjadi sarana bercermin agar kehidupan rumah tangga kita bisa semakin kokoh dalam menghadapi pelbagai badai yang datang menghampiri. Sementara bagi yang belum berumah tangga, semoga peristiwa-peristiwa itu bisa menginspirasi terhadap persiapan ke depan jika Tuhan telah menghadirkan jodoh kepada Anda.
Satu hal yang perlu saya garis bawahi dalam hal ini adalah tentang keberterimaan kita terhadap pasangan hidup kita. Romantisme saat berpacaran kadang melambungkan kita pada harapan yang muluk-muluk. Kita selalu berharap agar kekasih kita bisa tetap menjelma sebagai seorang mahadewi atau laksana malaikat dalam setiap kondisi. Kita sering tidak menyadari bahwa mereka juga adalah manusia seperti kita. Ketika dia berprilaku di luar yang kita harapkan, keinginan besar kita adalah segera mencampakkannya lalu beralih ke lain hati. Jujur saya katakan bahwa hampir semua manusia pasti berkeinginan untuk melakukan hal tersebut.
Sampai kapan pun kita tidak akan menemukan sosok sesempurna yang kita bayangkan. Jika hubungan kita ingin tetap berlangsung hingga batas yang tidak bisa kita tentukan, maka berterima kasihlah kepada Tuhan yang telah menganugerahkan pasangan bagi kita lengkap dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Terimalah mereka sebagai separuh aku. Dan dalam diri separuh aku tersebut kita harus mengakui bahwa isinya sepenuhnya kamu. Hanya dengan cara seperti itulah kita akan selalu menerima keberadaannya; baik dalam kondisi menyenangkan maupun sebaliknya. Bagaimana menurut Anda?
Status pacaran mereka kemudian meningkat ke tunangan hingga memasuki jenjang pernikahan. Tapi tunggu setelah itu. Pernikahan yang baru dijalani tiga bulan oleh mereka kemudian kandas di tengah jalan. Dan selanjutnya proses gugat cerai hingga persidangan di pengadilan agama kemudian menggelinding dan kembali menjadi sarapan pagi, santapan siang, dan hidangan malam kita lewat tayangan infotainment itu.
Tak ada yang salah dengan berita hiburan tersebut selama kita masih bisa menarik hikmah dari peristiwa memilukan itu. Semoga semua yang kita tonton itu bisa menjadi bahan renungan bagi kita semua. Bagi kita yang sudah berumah tangga semoga peristiwa-perisiwa itu bisa menjadi sarana bercermin agar kehidupan rumah tangga kita bisa semakin kokoh dalam menghadapi pelbagai badai yang datang menghampiri. Sementara bagi yang belum berumah tangga, semoga peristiwa-peristiwa itu bisa menginspirasi terhadap persiapan ke depan jika Tuhan telah menghadirkan jodoh kepada Anda.
Satu hal yang perlu saya garis bawahi dalam hal ini adalah tentang keberterimaan kita terhadap pasangan hidup kita. Romantisme saat berpacaran kadang melambungkan kita pada harapan yang muluk-muluk. Kita selalu berharap agar kekasih kita bisa tetap menjelma sebagai seorang mahadewi atau laksana malaikat dalam setiap kondisi. Kita sering tidak menyadari bahwa mereka juga adalah manusia seperti kita. Ketika dia berprilaku di luar yang kita harapkan, keinginan besar kita adalah segera mencampakkannya lalu beralih ke lain hati. Jujur saya katakan bahwa hampir semua manusia pasti berkeinginan untuk melakukan hal tersebut.
Sampai kapan pun kita tidak akan menemukan sosok sesempurna yang kita bayangkan. Jika hubungan kita ingin tetap berlangsung hingga batas yang tidak bisa kita tentukan, maka berterima kasihlah kepada Tuhan yang telah menganugerahkan pasangan bagi kita lengkap dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Terimalah mereka sebagai separuh aku. Dan dalam diri separuh aku tersebut kita harus mengakui bahwa isinya sepenuhnya kamu. Hanya dengan cara seperti itulah kita akan selalu menerima keberadaannya; baik dalam kondisi menyenangkan maupun sebaliknya. Bagaimana menurut Anda?
0 komentar:
Posting Komentar